Jumat, 30 Oktober 2015

Home


EKSTRAK IKAN GABUS ( ALBUMIN PLUS ; PUJIMIM ; ALKUTEN) merupakan produk herbal ikan Albumin YANG PERTAMA di INDONESIA yang kaya akan Protein Asam amino esensial dan sangat bermanfaat untuk kesehatan, produk ini merupakan hasil ekstrak murni ikan Kutuk / Gabus / Haruan. Pengobatan tradional dengan Ikan Kutuk/Gabus sudah dikenal sejak jaman nenek moyang bangsa ini guna mempercepat penyembuhan luka dalam atau Luar, luka sehabis melahirkan, luka bakar, dan luka-luka lainnya. Walaupun jarang dari orang tua dulu mengetahui apa saja yang terkandung dalam ikan gabus/ ikan kutuk ini. Tidak semua orang suka dengan rasa dan bau ikan gabus yang amis. Padahal, ikan gabus memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan. Kandungan protein albuminnya yang sangat tinggi, membuat ikan gabus dapat digunakan untuk membantu mempercepat penyembuhan beragam penyakit, dari kekurangan gizi hingga HIV-AIDS. inilah yang menjadikan menjadi  EKSTRAK IKAN GABUS (ALBUMIN PLUS ; PUJIMIM ; ALKUTEN)  menjadi produk unggulan dan pilihan utama.


Ikan gabus atau ikan kutuk (lokal) akhir-akhir ini mendapat perhatian dari masyarakat, khususnya untuk bidang kesehatan. Sebab, ikan kutuk merupakan salah satu bahan pangan alternatif sumber albumin bagi penderita hipoalbumin (rendah albumin) dan luka. Baik luka pascaoperasi maupun luka bakar. Bahkan, di daerah pedesaan, anak laki-laki pasca dikhitan selalu dianjurkan mengkonsumsi ikan jenis ini agar penyembuhannya lebih cepat. Caranya, daging ikan kutuk dikukus atau di-steam, sehingga memperoleh filtrate, yang dijadikan menu ekstra bagi penderita hipoalbumin dan luka. Pemberian menu ekstrak filtrat ikan kutuk tersebut berkorelasi positif dengan peningkatan kadar albumin plasma dan penyembuhan luka pascaoperasi.
Fenomena ikan kutuk tersebut pernah diangkat dalam satu penelitian khusus oleh Prof. Dr. Ir. Eddy Suprayitno MS, guru besar ilmu biokimia ikan Fakultas Perikanan Unibraw pada 2003. Dalam penelitian berjudul ”Albumin Ikan Gabus (Ophiochepalus striatus) sebagai Makanan Fungsional Mengatasi Permasalahan Gizi Masa Depan”, Prof. Eddy mengupas habis tentang potensi ikan gabus. “ Dilihat dari kandungan asam aminonya, ikan gabus memiliki struktur yang lebih lengkap dibandingkan jenis ikan lain ” katanya.
Sayangnya, selama ini masyarakat masih memiliki kesan bahwa makan ikan kutuk sama halnya memakan ular. Memang, penampilan ikan kutuk mirip ular. Padahal ikan kutuk adalah ikan air tawar yang bersifat karnivora. Makanannya adalah cacing, katak, anak-anak ikan, udang, insekta, dan ketam. Ciri fisiknya, memiliki tubuh sedikit bulat, panjang, bagian punggung cembung, perut rata, dan kepala pipih, sehingga lebih mirip ular. Bagian punggung berwarna hijau kehitaman dan bagian perut putih atau krem. “Ikan kutuk bisa mencapai panjang 90 -110 cm. Karena itu, tiga ekor saja bisa mencapai berat 2 kg,” ungkapnya. Prof. Eddy menjelaskan, ikan kutuk banyak ditemui di sungai, rawa, air payau berkadar garam rendah, bahkan mampu hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah. Ikan jenis ini banyak dijumpai di perairan umum Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Flores, Ambon dan Irian Jaya.

Lantas, bagaimana teknis ikan gabus berperan dalam penambahan albumin Dalam tubuh manusia, albumin (salah satu fraksi protein) disintesis oleh hati kira-kira 100-200 mikrogram/g jaringan hati setiap hari. Albumin didistribusikan secara vaskuler dalam plasma dan secara ekstravaskuler dalam kulit, otot, serta beberapa jaringan lain. “Sintesis albumin dalam sel hati dipengaruhi faktor nutrisi. Terutama, asam amino, hormon, dan adanya suatu penyakit,” tegasnya. Gangguan sintesis albumin, kata Prof. Eddy S, biasanya terjadi pada pengidap penyakit hati kronis, ginjal, serta kekurangan gizi. Sebenarnya, daging ikan gabus tidak hanya menjadi sumber protein, tapi juga sumber mineral lain. Di antaranya, zinc (seng) dan trace element lain yang diperlukan tubuh. Hasil studi Prof. Eddy S, pernah diujicobakan di instalasi gizi serta bagian bedah RSU dr Saiful Anwar Malang. Uji coba tersebut dilakukan pada pasien pascaoperasi dengan kadar albumin rendah (1,8 g/dl). “Dengan perlakuan 2 kg ikan kutuk masak per hari, telah meningkatkan kadar albumin darah pasien menjadi normal (3,5-5,5 g/dl),” disampaikan oleh Prof. Eddy Suprayitno. MS.