EKSTRAK IKAN GABUS ( ALBUMIN PLUS ; PUJIMIM ; ALKUTEN) merupakan produk herbal ikan Albumin YANG PERTAMA di INDONESIA yang kaya akan Protein Asam amino esensial dan sangat bermanfaat untuk kesehatan, produk ini merupakan hasil ekstrak murni ikan Kutuk / Gabus / Haruan. Pengobatan tradional dengan Ikan Kutuk/Gabus sudah dikenal sejak jaman nenek moyang bangsa ini guna mempercepat penyembuhan luka dalam atau Luar, luka sehabis melahirkan, luka bakar, dan luka-luka lainnya. Walaupun jarang dari orang tua dulu mengetahui apa saja yang terkandung dalam ikan gabus/ ikan kutuk ini. Tidak semua orang suka dengan rasa dan bau ikan gabus yang amis. Padahal, ikan gabus memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan. Kandungan protein albuminnya yang sangat tinggi, membuat ikan gabus dapat digunakan untuk membantu mempercepat penyembuhan beragam penyakit, dari kekurangan gizi hingga HIV-AIDS. inilah yang menjadikan menjadi EKSTRAK IKAN GABUS (ALBUMIN PLUS ; PUJIMIM ; ALKUTEN) menjadi produk unggulan dan pilihan utama.
Ikan gabus atau ikan kutuk
(lokal) akhir-akhir ini mendapat perhatian dari masyarakat, khususnya untuk
bidang kesehatan. Sebab,
ikan kutuk merupakan salah satu bahan pangan alternatif sumber albumin bagi
penderita hipoalbumin (rendah
albumin) dan luka. Baik luka pascaoperasi maupun luka bakar. Bahkan, di daerah
pedesaan, anak laki-laki pasca dikhitan selalu dianjurkan mengkonsumsi ikan
jenis ini agar penyembuhannya lebih cepat. Caranya, daging ikan kutuk dikukus
atau di-steam, sehingga memperoleh filtrate, yang dijadikan menu ekstra
bagi penderita hipoalbumin dan luka. Pemberian
menu ekstrak filtrat ikan kutuk tersebut berkorelasi positif dengan peningkatan
kadar albumin plasma dan penyembuhan luka pascaoperasi.
Fenomena ikan kutuk tersebut
pernah diangkat dalam satu penelitian khusus oleh Prof. Dr. Ir. Eddy Suprayitno MS, guru besar ilmu biokimia ikan
Fakultas Perikanan Unibraw pada 2003. Dalam penelitian berjudul ”Albumin Ikan Gabus (Ophiochepalus
striatus) sebagai Makanan Fungsional Mengatasi Permasalahan Gizi Masa Depan”,
Prof. Eddy
mengupas habis tentang potensi ikan gabus. “ Dilihat dari kandungan asam
aminonya, ikan gabus memiliki struktur yang lebih lengkap dibandingkan jenis
ikan lain ” katanya.
Sayangnya, selama ini
masyarakat masih memiliki kesan bahwa makan ikan kutuk sama halnya memakan
ular. Memang, penampilan ikan kutuk mirip ular. Padahal ikan kutuk adalah ikan
air tawar yang bersifat karnivora. Makanannya adalah cacing,
katak, anak-anak ikan, udang, insekta, dan ketam. Ciri fisiknya, memiliki tubuh
sedikit bulat, panjang, bagian punggung cembung, perut rata, dan kepala pipih,
sehingga lebih mirip ular. Bagian punggung berwarna hijau kehitaman dan bagian
perut putih atau krem. “Ikan kutuk bisa mencapai panjang 90 -110 cm. Karena
itu, tiga ekor saja bisa mencapai berat 2 kg,” ungkapnya. Prof. Eddy
menjelaskan, ikan kutuk banyak ditemui di sungai, rawa, air payau berkadar
garam rendah, bahkan mampu hidup di air kotor dengan kadar oksigen rendah. Ikan
jenis ini banyak dijumpai di perairan umum Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Lombok, Flores, Ambon
dan Irian Jaya.
Lantas, bagaimana teknis ikan
gabus berperan dalam penambahan albumin Dalam tubuh manusia, albumin (salah
satu fraksi protein) disintesis oleh hati kira-kira 100-200 mikrogram/g
jaringan hati setiap hari. Albumin didistribusikan secara vaskuler dalam plasma
dan secara ekstravaskuler dalam kulit, otot, serta beberapa jaringan lain.
“Sintesis albumin dalam sel hati dipengaruhi faktor nutrisi. Terutama, asam
amino, hormon, dan adanya suatu penyakit,” tegasnya. Gangguan sintesis albumin,
kata Prof.
Eddy S,
biasanya terjadi pada pengidap penyakit hati kronis, ginjal, serta kekurangan
gizi. Sebenarnya, daging ikan gabus tidak hanya menjadi sumber protein, tapi
juga sumber mineral lain. Di antaranya, zinc
(seng) dan trace element lain yang
diperlukan tubuh. Hasil studi Prof.
Eddy S,
pernah diujicobakan di instalasi gizi serta bagian bedah RSU dr Saiful Anwar
Malang. Uji coba tersebut dilakukan pada pasien pascaoperasi dengan kadar
albumin rendah (1,8 g/dl). “Dengan perlakuan 2 kg ikan kutuk masak per hari,
telah meningkatkan kadar albumin darah pasien menjadi normal (3,5-5,5 g/dl),” disampaikan oleh Prof. Eddy
Suprayitno. MS.